Jumat, 11 Januari 2013

CERPEN B.INDO



 
PELAJARAN UNIK

Cerita pendek, itulah dua kata yang membuatku pusing belakangan ini. Tugas akhir semester untuk pelajaran Bahasa Indonesia ini sangat membuat otakku berpikir keras. Cerpen yang dibuat harus berdasarkan pengalaman pribadi. Itulah inti dari permasalahanku. Pengalaman pribadiku bukanlah sesuatu hal yang menarik untuk dijadikan cerpen menurutku. Tugas ini mungkin sangatlah mudah bagi teman-temanku yang lain. Apalagi amel. amel adalah sahabatku yang paling dekat. Ya, dia adalah orang yang sangat periang dan ekspresif. Banyak cerita unik yang ia alami. Semua ceritanya menarik bagiku. Tidak heran mengapa ia dapat dengan mudah menulis cerpennya. Dia sudah menyelesaikan tugas ini sejak seminggu yang lalu. Sedangkan aku belum mulai menulis apapun. Setiap hari amel selalu mengingatkanku untuk segera menyelesaikan cerpenku karena tinggal dua minggu lagi harus sudah dikumpulkan.

Tinggal dua minggu lagi. Emang dikira gampang cari inspirasinya, ayo cepetan dikerjain nis!”, omel amel tiap hari padaku. Sebenarnya aku juga ingin cepat-cepat menyelesaikannya, tapi ya bagaimana lagi. Pikiranku terasa tersumbat. Aku tidak bisa menemukan ide apapun. Sempat terlintas olehku untuk menulis apa saja yang bukan merupakan pengalaman pribadiku. Menurutku itu tidak terlalu buruk. Toh Pak sardi, guru Bahasa Indonesiaku tidak akan tahu kebenaran ceritaku itu. Tapi akhirnya aku berpikir dua kali untuk melakukannya karena cerita amel tempo hari. Amel bilang bahwa Pak sardi bisa mengetahui mana cerita yang palsu dan asli. Jelas aku tidak percaya, bagaimana mungkin, memangnya ia seorang cenayang? Tapi, amel bercerita kalau beberapa orang di kelas sebelah sudah menjadi buktinya.

Sepanjang perjalanan pulang sekolah, pikiranku masih tertuju ke tugas cerpenku. Aku paling tidak suka dengan urusan karang-mengarang. Apalagi masalah pengalaman pribadi. Menurutku, cerita hidupku itu terlalu datar untuk dijadikan sebuah cerpen. Setahuku cerpen haruslah menarik, penuh kejutan, dan berkesan. Lalu, kalau harus berdasarkan pengalaman pribadiku, menyerahlah aku. Kuputar otak mengingat hal menarik apa yang pernah kualami untuk dijadikan bahan cerpen. Lama aku berpikir. Dan hasilnya kosong, aku tidak bisa menemukan hal apapun yang menarik.

Malam harinya aku mencoba mencari inspirasi dengan membaca cerpen di majalah, mencari di internet, hingga menghayati drama di televisi. Tidak ada yang berhasil. Semua cerita yang kulihat itu terlalu langka bagiku. Mengapa? Ya, karena aku merasa tidak pernah dan tidak akan mungkin mengalaminya. Mulai dari cerita cinta pertama yang ditemui dengan cara yang unik, seorang biasa bisa hidup bersama seorang yang hebat, seseorang yang sederhana bisa dicintai seseorang yang sempurna, keberhasilan menggapai mimpi, keberuntungan yang tiada henti. Ah semua itu terlalu berlebihan bagiku. Seperti yang kubilang tadi, terlalu indah untuk jadi kenyataan. Dan akhirnya aku menyerah dan memutuskan untuk tidur.

Keesokan harinya seperti biasa, amel menginterogasiku lagi. Aku bilang menyerah, dan menceritakan semua yang membebaniku. Mulai dari caraku mencari inspirasi melalui majalah, internet, dan televisi hingga kejengkelanku akan cerita hidupku yang sedatar papan triplek sehingga membuatku harus jungkir balik untuk membuat sebuah cerpen. Mendengar ceritaku, amel geram dan mengomel. “nisa, nisa, emang ada apa sih sama hidup lu? Kayaknya asik-asik aja. Lu aja yang aneh. Emang lu mau punya kehidupan kayak drama di tv? Hah?”, omelnya. Mendengar perkataan amel, aku jadi berpikir, andaikan semua cerita itu bisa terjadi di hidupku, mungkin akan menarik. Setiap hari penuh dengan kejutan yang tak pernah kubayangkan.

hari ini aku terpaksa aku pulang sendiri. Hari ini aku memutuskan untuk pulang lewat jalan lain yang lebih jauh, sehingga aku bisa jalan lebih jauh. Menurutku, mungkin saja dengan hal itu aku bisa mencari inspirasi cerpen dengan lebih mudah. Lagi-lagi cerpen. Aku ingin cepat-cepat menyelesaikannya. Tugas ini sangat membebaniku. Saat aku berjalan sambil merenung, tiba-tiba seseorang menyapaku. “anisa ? anisa kan?”, sapanya ramah.. “lutfi ??”, jawabku heran. “Hai nis, gimana kabarnya? Udah lama banget ya ga ketemu.”, balasnya. “Apa? Ah iya baik. Iya lama banget.”, jawabku bingung. “Oh ya gimana sekarang sekolahnya?”, tanyanya sambil tersenyum. “Hmm, ya gitu biasa aja haha”, jawabku singkat. “Oh gitu, haha. Eh iya duluan ya nis, ga nyangka bisa ketemu disini.”, katanya ramah. “Oh iya fi haha”, jawabku masih bingung. Lutfi  pun pergi dan aku masih kaget bercampur bingung. Itu lutfii, teman SD yang dulu pernah jadi pacarku Sudah hampir tiga tahun aku tidak bertemu dengannya. Dan yang lebih anehnya, dia menyapaku seperti itu. Dulu kami jarang mengobrol sejak kita pacaran, tapi semenjak kita lulus SD, kita jarang ketemu lagi, dan akhirnya tidak ada komunikasi, semenjak kita jarang komunikasi akhirnya kita putus. bertegur sapa seperti itu, rasanya sangat heran, dulu dia sangat cuek sekali, aku aja pacaran sama dia rasanya membosankan,”Huh!”, Penyebabnya sangat konyol, sikap anak kecil yang karena persaingan kecil dan masalah tidak jelas bisa dengan mudah menyebabkan permusuhan tanpa ujung. Dan kami malu untuk saling meminta maaf. Tapi tadi, lutfi menyapaku ramah. Itulah sebabnya aku heran dan salah tingkah. Aku senang akhirnya kami bisa bertingkah normal tanpa harus malu dan menjaga citra seperti dulu. Aku tak sabar ingin menceritakan hal ini padatemankui. Temanku juga mengenal lutfi, karena dulu kami juga satu sekolah.

Keesokan harinya aku menceritakan kejadian itu kepada temanku. Temanku  kaget dan sangat antusias mendengarnya. Ia sangat penasaran dan memberondongku dengan sejumlah pertanyaan. “Eh demi apa? Ya ampun, sekarang dia kayak gimana? Udah ga kaku gimana? Ramah gitu? Aduh jadi penasaran deh nis”, tanya sila panjang. Sebenarnya aku agak sedikit bingung dengan reaksi sila barusan. Aku mulai berpikir jangan-jangan sial menyukai lutfi. Pada awalnya sila dengan cepat menyanggah dugaanku itu, tapi setelah kupancing lagi akhirnya ia mengaku. Jadi, cinta pertamanya yang selama ini ia ceritakan kepadaku adalah lutfi. Aku benar-benar kaget. Sebenarnya aku agak sedikit kecewa karena lutfi baru menceritakannya sekarang. Dulu sila pernah bercerita bahwa ia sangat menyukai orang itu, yang sekarang kuketahui yaitu lutfi. Sila sangat mengaguminya, dan tidak ada orang lain yang bisa menarik perhatiannya seperti lutfi. Setiap mendengar ceritanya itu, aku selalu senang. Bahkan pernah aku berpikir untuk menjadi mak comblang sila dengan orang itu. Ya, karena aku tahu seberapa sukanya sila terhadap orang itu. Tapi, setelah aku tahu orang itu adalah Andi, hmm aku jadi agak sedikit bingung dan malas untuk memikirkannya. Aku juga tidak tahu kenapa.

Hari ini aku tidak pulang sendiri lagi, karena ada sila. Dan tak kusangka, sepulang sekolah kami bertemu dengan lutfi. Aku sangat kaget dan merasa ini terlalu aneh, terlalu kebetulan seperti adegan di sinetron saja. Lutfi  tersenyum dan menyapa kami berdua. Aku menengok ke arah sila, dan benar saja, sila tampak sangat senang dan membalas sapaan litfi dengan sangat semangat. Aku hanya bisa tersenyum aneh. Mereka mengobrol lumayan panjang. Aku baru tahu ternyata mereka berdua bisa sedekat ini. Aku lama-lama bosan dan tanpa kusadari aku menarik tangan sila dan memaksanya pulang. “lutfi, kita duluan pulang ya, udah sore”, kataku cepat. sila bingung dan heran, tapi karena tarikanku lumayan keras, sila tidak bisa mengelak. Sila agak sedikit kesal dengan sikapku tadi. Ia bertanya kenapa aku harus menariknya buru-buru. Aku juga bingung dan tidak bisa menjawab apa-apa.
Semalaman aku tidak bisa tidur memikirkan pengalamanku hari ini. Hari ini tidak seperti biasanya yang berjalan normal. Hari ini agak aneh menurutku. Mulai dari pengakuan Riri, pertemuanku dan sila dengan lutfi, sampai sikap anehku menarik sila tadi. Benar-benar aneh pikirku.

besoknya disekolah, sila tiba-tiba agak cuek padaku, aku berfikir,”apa gara-gara kejadian kemerin ya?!”. Apa aku ini salah, aku berfikar sejenak “yaaaa, memeng sih sikapku kemari memeng aneh, dan terlihat seperti orang cemburu!, tapi aku biasa saja, aku tidak punya perasaan apa apa pada lutfi, aku suka dengan teman sekelasku!” akhirnya aku dan sila ketemu di kantin, aku langsung minta maaf padanya, kalau memang sikapku kemarin salah. Lalu sila berkata “ iya nis, yasudahlah lupakan saaja, aku ga marah ko” ohhh baiklah, rasnya lega sekali kalau kamu ga marah.

Hari ini aku pulang bersama amel, akau menceritakan semua kejadian itu, dan aku semat berfikir bahwa aku suka dengan teman sekelasku, aku ceritakan pada amel. Sikap amel ini penasaran sekali, dia pengen tau banget kalau orang yang aku suka itu siapa. “siapa nis orang yang kamu suka dikelas?? Jangan buat aku penasaran” sambil makan gorengan. “lu kepo amat mel, pengen tau banget sihh! “ sambil minum es “ oke sekarang gitu lu sama gua!”. Dia kepo banget orangnya, pokoknya apa yang dia penasarin tuh pasti dia cari saampe ketemu. Tapi aku juga lagi deketin orang yang aku suka, nanti kalo aku cerita ke amel trus kalo dia bilang bilang ke tyang lain kan aku malu, jadi aku ceritanya nanti aja pas aku udah jadian sama dia.aku iri sama amel, di udah punya cowo namanya adul, dikelas sebelah. Adul tuh juga mantan aku, dulu aku suka ilfil kalo ngeliat mereka berdua . tapi sekarang aku udah bisa move on.


Setelah sampe dirumah aku ganti baju dulu, trus aka mau diem sambil berfikir di jembatan sungai samping rumahku yang banyak sampah. Aku terus dan terus berfikir masalah hati ku ini, aku tuh orangnya ga mau putus asa, pasti apa yang aki inginkan harus tepenuhi. Sambil ngerenungin diri di jembatan sungai yang bau itu, aku terus terdiam, “gimana caranya buat dapetin orang yang aku suka itu” yaaa gua tau dia orangnya kaku, sukanya nyolot lagi…! Tapi aku suka dengansikapnya yang bijaksana itu, orangnya tegas. Itu sih tipe cowo gue banget.. :D. sangking gua terus mikir, ampe sampe gua kecebur kali, pas gua jatoh gua teriak. “TOOLONGGGG,TOLONGIN GUA WOYYY” gila ni kali, bau banget sampeah pada nyangkut di baju gua. Huhh, rasanya ELFILLLLL!! Trus gua ditolongin trus dianterin pulang deh sama orang,

Balik lagi ke masalah tadi, setelah kecebur kali gua mikir masalah tugas cerpen gua, pengalaman yang gua alamin itu cukupp nyambung dan menarik. Yaudah sekarang gua bikin cerpen dulu aja deh, masalah tadi gua lupain dulu. Pas gua mau ngerjain banyak banget hambatanya, rasanga pengen marahhh, ada aja hambatan yang buat waktu semakin larut malem. Yaa gua sabar aja, gua lakuin aja dulu apa yang disuruh ibu gue. Akhirnya tugas dari ibu gua selesai juga, akhirnya gua masuk kamar, gu buka laptop gue dang u mulai ngetik cerpen yang gua alamin tadi. Baru mau ngetik belom satu kata pu, ibu gua manggil “ANISAAA” teriak ibu gue. “APA LAGI BU??” muka cemberut. “sini sebentar, beliin ibu kerupuk dulu” sambil mengasih uangnya. “astagfirrullah, kenapa gak ade aja sih bu, aku lagi ngerjain tugas” saut ue dangen sabar.

Balik lagi ke masalah cerpen, pertama gua ketikmasalah awal gue, sam pe gua kecebur kali. Muli dari masalah awal, beberap menit kemudian gua udah dapet dua lembar, gue liat jam “ WHATT?? Udah jam setengeh sepuluh” kaget berlebihan. Gua terusin cerpen gue, dan gua baru Inget, kalau pak sardi nyuruh bikin cerpen sebanyak-banyaknya pengalam, dan minimal 5 lembar. Gua telpon dewi sama amel, tugas mereka udah selesai, dan mereke berlembar-lembar, sedangkan gua baru 2 lembar, “yaampun!!” heran. Teus gua udah cape, tadi gua abis bukun cetakan fiber dirumah gua, abis itu gua les. Balik-balik gua kecapean rasanya ngantuk banget, sedangkan sekarang udah jan sepuluh, cerpen pun terakhir besok dikumpulin.gua buru buru ngerjaain, waktu semakin larut malem, dan gua smekin ngantuk.

Gua terus berfikir, terus nyari kata kata, dan akhirnya gua dapet 5 lembar. Waktu menunjukan pukul 12 malam, dan keluarga gua udah tidur. Akhirnya selesai juga cerpen gua. Gua sadar sama diri gua sendiri, bahwa gua suka berfikir ga jelas, dan hanya bisa menunda- nunda waktu.


~SELESAI~



0 komentar:

Posting Komentar